Sabtu, 19 April 2014

Negeri Dongeng Impian, Itu Nyata.

Negeri Dongeng Impian, Itu Nyata.


Dalam negeri dongeng impian, indah aku melihat betapa pemuda-pemudi menjalankan perannya dengan baik. Gagah, tampan, berwibawa, menjadi teladan bagi masyarakat di lingkungannya. Dalam negeri dongeng impian, aku melihat pemerintahan yang profesional, jujur dan adil, dan kursi pemerintahan itu kokoh berdiri dipegang oleh pemuda yang tadi telah disebutkan. Sungguh indah. Para pemuda disana memiliki semangat yang luar biasa untuk berubah dan kemampuan untuk melakukan perubahan. Dalam negeri dongeng impian, aku melihat canda, tawa, dan suka masyarakat. sambil berlarian menikmati sorotan sinar matahari, dan sejuknya udara. Dan dalam negeri itu pula, aku terpana kagum melihat betapa luar biasa pengaruh pemuda, dengan karakter kuat mengakar, menghujam bumi, menjadikan negeri dongeng impian laksana negeri terindah.
Seketika akhirnya aku terbangun, membelalak membuka mata. Melihat realita sesungguhnya. Ini tentang Indonesia. Ya, pemuda Indonesia.
Dalam KBBI, pemuda berarti orang yg masih muda; orang muda: — harapan bangsa atau orang muda laki-laki; remaja yang akan menjadi pemimpin bangsa. Sedangkan mungkin dari aspek psikologis yang sering kita baca dalam artikel-artikel psikologi, adalah  kelompok manusia yang berada dipertengahan di antara kelompok anak kecil usia dini, dengan kelompok usia lanjut atau tua. Pemuda dianggap dewasa, pemuda dianggap memiliki sejuta energi untuk dapat beraktivitas dan berpikir kreatif dan inovatif  melebihi dua kelompok lainnya. Opini publik mengenai pemuda pun tidak jauh dari  beberapa kosa kata kunci yaitu: agen perubah, panutan, peran fungsi strategis, akselerasi, sigap, gagah, iron stock, mahasiswa, aksi, bervisi misi, kuat, dan lain sebagainya. Pemuda identik dengan hal yang positif. Doktrin yang memang melekat pada setiap insan. Walau mungkin kini positif itu mulai pudar.
Di negeri dongeng impian tadi, sungguh semua definisi dan opini itu terasa sangat nyata dan ada, terjadi. Tapi sekali lagi, ini waktunya untuk bangun! Melihat jauh ke depan, bukan sekedar berangan dan menengok ke belakang. Pun pendahulu kita terdahulu memang tidak memungkiri betapa pemuda sangat dibutuhkan dalam perjuangan.  Sejarah mengakui, betapa peran pemuda terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak dapat diragukan. Kemerdekaan bangsa merupakan karya monumental yang luar biasa yang dihasilkan oleh para founding fathers negeri ini, yang tidak lain adalah para pemuda. “Kemerdekaan bangsa ini bukan dihasilkan melalui warisan para penjajah, namun dihasilkan melalui tercecernya keringat dan darah, semangat dan aktivitas, retorika dan diplomasi yang dilakukan oleh para pendahulu” kata Prof. Dr. Nur Syam, M.si dalam salah satu artikelnya. Sejarah pemuda Indonesia memang mengagumkan, sebutlah itu Boedi Oetomo, sehingga 20 Mei kita kenal sebagai hari kebangkitan nasional. Sebutlah itu sumpah pemuda, 28 Oktober 1928, yang bermakna sejati melebihi sekedar ikrar janji, namun penanaman prinsip. Sebutlah itu seluruh jerih dari pemuda Indonesia terdahulu menjelang detik-detik proklamasi kemerdekaan Indonesia. Tak habis letih mereka memperjuangkan kemerdekaan, hingga hasil perjuangan mereka membuahkan suatu perubahan besar terhadap bangsa ini, pengakuan kedaulatan, tergoreskan dalam janji-janji di selembar kertas, proklamasi. Seperti yang tadi telah saya kutip dari Prof. Dr. Nur Syam, M.Si, gagasan pemuda Indonesia tentang nusa dan bangsa ini, rasa mereka menjadi abadi dalam syair satu nusa satu bangsa yang sering kita dengar dan senandungkan. Adanya pergerakan pemuda, pelajar, dan mahasiswa pada tahun 1966. Masuk ke dalam peristiwa PKI, pemuda bangkit lakukan perlawanan, organisasi-organisasi mahasiswa GMNI, PMII, HMI, PMKRI, dan segenap elemen mahasiswa lainnya mengumandangkan tritura. Dari situlah,  selanjutnya peran pergerakan mahasiswa pada tahun 1998 yang membawa Indonesia masuk ke sebuah orde yang baru. Orde baru. Dan ketika para pemuda mengkritisi kekuatan rezim jendral besar Soeharto, maka pemuda saat itu kembali bergerak, merubah generasi, melakukan perubahan sosial,hingga sampailah kita pada orde reformasi. Itulah bukti peran pemuda yang nyata. Sangat nyata. Dan dari kisah itulah, Mungkin kita dapat memfokuskan dan melakukan pembatasan pada definisi pemuda disini adalah mahasiswa dengan  peran dan fungsinya. Meskipun tidak menutup kemungkinan pembahasan diluar itu.
Bagaimana sekarang? Muncul pertanyaan, bagaimana kondisi pemuda-pemudi Indonesia? Mungkin memang inilah akar dari permasalahan negeri kita Indonesia. Kita rindu akan adanya SDM yang bersih, beridealisme, berkarakter kuat, berani, profesional, dan jujur dalam melaksanakan seluruh aktivitasnya. Disini saya tidak berbicara tentang pemerintah, namun yang sebenarnya Indonesia rindui adalah adanya SDM seperti itu akan mengisi kursi kursi entah itu pemerintahan, kursi direktur perusahaan, kursi-kursi para profesi kesehatan, bahkan itu kursi-kursi POLRI dan TNI, untuk membentuk sebuah bangsa yang merdeka! Merdeka dalam artian yang sebenar-benarnya, yang adil dan sejahtera. Mengganti sebuah generasi, adalah berbicara tentang perubahan besar sosial, perubahan karakter, persiapan dalam membentuk amunisi SDM baru yang berkualitas. Dan dari kalimat tersebut, terdapat satu kata kunci, siapakah amunisi yang siap mengantikan keseluruhan kursi kuasa yang ada di Indonesia? Siapa amunisi berkualitas yang kita harapkan? Jawablah itu, pemuda. Kami, pemuda Indonesia, adalah amunisi yang siap dilontarkan, ketika pelatuk ditekan.
Mengenai peran pemuda dalam menyongsong bangsa yang adil dan sejahtera, alangkah baiknya bila kita ulas dan samakan persepsi, tentang apakah itu adil? Apa itu sejahtera? Lalu seperti apa bangsa yang adil dan sejahtera?
Kamus Besar Bahasa Indonesia menuliskan bahwa adil adalah --- sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak; berpegang pada kebenaran. Sedangkan sejahtera adalah --- aman, sentosa, dan makmur; selamat (terlepas dari segala macam gangguan).
Izinkan saya merangkum, bahwa sebenarnya adil adalah menyesuaikan semua sesuai pada tempatnya, adil bukan berarti sama besar, adil bukan berarti sama berat. Adil adalah seimbang sesuai pada tempat dan keperluannya. Sedangkan sejahtera adalah cukup. Berkecukupan. Ketika sakit, mampu untuk berobat. Ketika ingin mengeyam pendidikan, bisa untuk sekolah dan kuliah. Ketika lapar dan haus, mampu untuk makan dan minum. Ketika tersudutkan, mampu untuk mendapatkan pembelaan dan perlindungan. Dan ketika kita berbicara tentang sebuah bangsa yang adil dan sejahtera, adalah semua rakyatnya, semua elemen yang ada didalamnya, mendapatkan semua, sesuai hak dan porsinya masing-masing, sesuai tempatnya, dan kehidupannya tercukupi, terjamin.
Keadilan dan kesejahteraan adalah ke-idealisme-an yang diusung oleh pemuda-pemuda yang memiliki semangat perubahan. Kedua kosakata itu, “adil dan sejahtera” adalah pernyataan sebab dan akibat. Jika adil maka akan sejahtera, jika sejahtera maka pasti adil. Jika hal tersebut dilakukan oleh pemuda-pemuda, maka perubahan akan lebih nyata dirasakan dan merata, karena perubahan yang mampu bertahan lama adalah perubahan yang memiliki proses berkualitas, ada tenggat waktu dalam mempersiapkan amunisi yang berkualitas, itu jelas. Dan jika semua itu di negeri kita, Indonesia tidak akan pusing akan mempercayakan kepemimpinan bangsa ini, kursi-kursi di negeri ini kesiapa. Karena setiap yang ingin menyejahterakan bangsa ini telah memiliki karakter adil dari proses yang dialami oleh pemudanya.
Sudah jelas terlihat hubungan antara pemuda dan bangsa bukan? Lalu apa masalahnya? Yuk kita coba untuk berpura-pura, kita tutup mata dan telinga, anggaplah semua berita-berita terkait dengan pemuda Indonesia; entah itu jual beli soal Ujian Nasional, contek-mencontek, sibuk dengan kehidupan gemerlap muda, seks bebas, pelecehan, obat-obatan, dan keseluruhan degradasi moral. Anggaplah itu semua tidak pernah terjadi. Toh sejatinya, jika kita tengok pemuda-pemudi yang sering berdiskusi, lakukan audiensi, mengkritisi kebijakan, turun aksi, mereka yang memiliki iedealisme kuat mengakar. Bukankah tipe pemuda aktivis seperti itu di negeri ini banyak dijumpai bahkan hingga sekarang? Lalu tanya kenapa? Jika memang ada pemuda-pemudi seperti di negeri dongeng impian. Mengapa belum juga kita melihat negeri yang adil dan sejahtera seperti indahnya negeri dongeng impian.
Aku lampu jalan yang berada di ramainya jalan raya kota-kota besar di Indonesia. Aku lukisan yang berada di ruangan direktur perusahaan. Aku stetoskop yang selalu terkalung di leher para dokter. Aku jam dinding yang berada di ruang-ruang perusahaan industri farmasi. Aku adalah palu hakim yang menentukan segala putusan hakim. Aku adalah kursi-kursi yang berada di ruang sidang para pemegang kuasa negeri. Kami adalah benda, kami adalah saksi, melihat betapa negeri ini butuh melakukan pembenahan besar-besaran. Kami melihat banyak bibit berkualitas yang nantinya akan merubah negeri. Kami menjadi saksi, betapa sesungguhnya negeri ini kaya akan pemuda yang siap menggantikan seluruh posisi mereka. Aku, lampu jalan, sering melihat mereka turun ke jalan, menyuarakan kebenaran, pembelaan terhadap rakyat. Aku adalah piala, aku lencana, aku piagam, yang menjadi saksi akan prestasi mengagumkan mereka di bidang ilmu yang mereka kuasai. Aku jam dinding dan stetoskop yang melihat jerih payah mereka para mahasiswa kesehatan yang sedang berusaha untuk menjadi pilar kesehatan negeri ini. Namun kami juga menjadi saksi, betapa palu mudah untuk diketuk ketika uang diberikan. Banyak pemuda yang belum mengerti sepenuhnya apa yang mereka bawa, apa prinsip mereka, ketika aksi turun ke jalan, bagaimana para pilar kesehatan tidak menggunakan kode etiknya demi uang.
Satu sebab, dari keseluruhan masalah. Yaitu dasar pembentukan karakter, dasar prinsip, dan visi. Sulit memang pada realita ketika nanti pemuda berkualitas tersebut berhadapan dengan dunia sebenarnya, bersitatap langsung dengan tumpukan, dan milyaran bahkan triliyun rupiah. Ya benar, dalam proses pembentukan kualitas ada tenggat waktu,  masa itulah yang seharusnya diisi dengan penanaman karakter, prinsip, dan visi yang kuat. Tak bisa terlepaskan dari penanaman dan penajaman kualitas iman dari setiap individu pemuda. Karena cerminan dari iman terlihat dari akhlak. Dan akhlak lah penentu karakter. Pemuda butuh untuk mengerti, apa-apa segala aktivitas yang mereka lakukan sesungguhnya memiliki orientasi yang jauh ke depan, bukan hanya dunia, namun dunia yang menjadi fasilitas untuk meraih akhirat. Dengan penanaman pemahaman seperti itu, sebesar, seberat apapun rupiah dan godaan lainnya yang akan menghadang, bukan menjadi masalah.
Apa hal konkrit yang bisa dilakukan kita sebagai pemuda Indonesia kini dalam menyongsong bangsa yang adil dan sejahtera? Pemuda agent of change; mulai menjadi teladan untuk sekitar, berusaha menjadi pelopor perubahan. Mulai dari hal yang kecil, mulai dari sekarang, dan mulai dari diri sendiri. Pemuda yang memiliki ide cemerlang, fresh, harus mampu memberikan inovasi, menciptakan hal baru, totalitas menyumbangkan ide dan solusi sesuai dengan kapasitas dan bidang ilmu masing-masing, itulah yang saya sebut pergerakan yang efektif, karena tak dapat dipungkiri kebiasaan orang adalah melihat siapa yang berbicara, bukan apa yang dibicarakan. Pemuda tidak harus terus menuntut dan banyak bicara, tunjukkan lewat karya nyata. Pemuda dapat memposisikan dirinya terhadap individu dia sendiri, terhadap lingkungan sekitar, dan terhadap masyarakat, dan skala luasnya terhadap bangsa. Adil dan sejahtera memang sebab akibat, karena itu pemuda perlu membentuk diri agar terbiasa melakukan semua aktivitasnya dengan adil dan proporsional. Pemuda sebagai moral force, jelas kita lah yang menjadi teladan moral, seperti dalam negeri dongeng impian, pemuda yang berilmu, menciptakan pemuda yang bermoral tinggi. Pemuda sebagai social control, adalah belajar untuk peka, kritis, terhadap seluruh persoalan sekeliling, memainkan hati dalam peduli, bukan sekedar menjunjung tinggi prestis nama mahasiswa, nama kampus.
Akhir kata, saya, sebagai parsial, sebagai fragmen dari keseluruhan pemuda Indonesia. Yakin, siap, untuk menyongsong Indonesia, bangsa yang adil dan sejahtera. Seperti salah satu quotes “Masa Depan adalah milik mereka yang percaya pada keindahan mimpi-mimpi mereka”, Eleanor Roosevelt, maka berikan kesempatan kepada kami, dan kami akan megguncang dunia dengan perubahan.

Referensi:
Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Herry Soerya, Pemuda dan Sosialisasi.
Prof. Dr. Nur Syam, M.si, Peran Generasi Muda Bagi Bangsanya
Sindonews, Diskusi Publik PPI
Tribunnews, Pentingnya Peranan Pemuda

Bovan, Kutipan Tokoh Dunia


________

Dari hasil kompetisi esai nasional, lumayan nggak apa di share disini ya :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar