Minggu, 03 Februari 2013

Aku, paradigma, dan Farmasi

Aku dan Farmasi.
Dari sebuah akun Twitter @GueFarmasisMuda yang sekarang sedang mneyusun buku GFM, 
untuk sekedar menambah pengalaman, aku bantu partisipasi ngirim naskah untuk pembuatan buku itu.

Ya kali aja gitu, masuk gak masuk yang penting nulis itu emang asik. 

Sedikit cuplikan naskah yang aku kirim :

Aku, paradigma, dan Farmasi.

Mungkin sekedar ilmu yang mempelajari obat-obatan, ilmu yang membosankan, ilmu yang berputar pada poros, jenuh, berkutat dengan segala hal detail rinci yang memusingkan, yang kadang bahkan kita harus memperhitungkan segalanya yang sebenarnya tidak nyata terlihat. Identik dengan palajaran yang rumit, buku yang tebal, namun prospek kerja hanya sebagai ‘tukang jual obat’.  Itukah farmasi?
Memperhitungkan segalanya dengan detil, memperhitungkan resiko kesalahan yang membahayakan, lantas meminimalisir kesalahan tersebut demi kebaikan dan keamanan orang lain. Rela memutar otak untuk memecahkan dan mencari solusi untuk setiap perkembangan penyakit. Peduli apa? Itukah farmasi?
Pertanyaan itu yang nanti akan terjawab, peduli apa? 

________

 Juga menguak beberapa fakta menarik tentang farmasi yang sebenarnya ada dalam sekitar kehidupan keseharian kita.  Mungkin sepele melihatnya, terlihat dan terkesan biasa, namun ternyata pada keseharian itulah mengandung sejuta ilmu yang baru nampak bila kita mempelajari ilmu farmasi lebih dalam. Apa saja fenomena yang menjadi contoh akan ilmu farmasi yang ternyata sangat luar biasa?

________

Akhir kata, sebagai mahasiswa baru Fakultas Farmasi, ingin saya mengutarakan. Bahwa betapa selama ini paradigma saya (sebelum lebih jauh mengenal tentang dunia farmasi) dan mayoritas masyarakat lainnya adalah sangat dangkal untuk menilai bahwa farmasis adalah sekedar farmasis.
Farmasis atau profesi apoteker adalah sebuah profesi yang nyatanya dapat dijadikan ladang amal bagi kita yang mengerti dan memahami. Sehingga suatu saat nanti, peran farmasis akan dibutuhkan secara nyata oleh masyarakat, seperti layaknya dokter.
Maka mulai saat ini, seharusnya pengenalan mengenai keprofesian farmasi dan perannya dalam bidang kesehatan harus diperjelas dan detil, serta dilakukan sejak dini (masa-masa SMA). Agar pada perkembangannya farmasi akan menjadi pilihan pertama, bukan lagi menjadi serep atau “buangan”  dari fakultas lain. I’m Proud to be An Indonesian Pharmacist.

________

Itu sekedar potongan potongan per bab nya, haha semoga emang bakal dimuat :))

Semangat mengubah paradigma kaum muda, terhadap farmasis dan profesi apoteker. 
(ndy)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar