Negeri
Dongeng Impian, Itu Nyata.
Dalam
negeri dongeng impian, indah aku melihat betapa pemuda-pemudi menjalankan
perannya dengan baik. Gagah, tampan, berwibawa, menjadi teladan bagi masyarakat
di lingkungannya. Dalam negeri dongeng impian, aku melihat pemerintahan yang
profesional, jujur dan adil, dan kursi pemerintahan itu kokoh berdiri dipegang
oleh pemuda yang tadi telah disebutkan. Sungguh indah. Para pemuda disana
memiliki semangat yang luar biasa untuk berubah dan kemampuan untuk melakukan
perubahan. Dalam negeri dongeng impian, aku melihat canda, tawa, dan suka
masyarakat. sambil berlarian menikmati sorotan sinar matahari, dan sejuknya
udara. Dan dalam negeri itu pula, aku terpana kagum melihat betapa luar biasa
pengaruh pemuda, dengan karakter kuat mengakar, menghujam bumi, menjadikan
negeri dongeng impian laksana negeri terindah.
Seketika
akhirnya aku terbangun, membelalak membuka mata. Melihat realita sesungguhnya.
Ini tentang Indonesia. Ya, pemuda Indonesia.
Dalam
KBBI, pemuda berarti orang yg masih muda; orang muda: — harapan bangsa atau
orang muda laki-laki; remaja yang akan menjadi pemimpin bangsa. Sedangkan
mungkin dari aspek psikologis yang sering kita baca dalam artikel-artikel
psikologi, adalah kelompok manusia yang
berada dipertengahan di antara kelompok anak kecil usia dini, dengan
kelompok usia lanjut atau tua. Pemuda dianggap dewasa, pemuda dianggap memiliki
sejuta energi untuk dapat beraktivitas dan berpikir kreatif dan inovatif melebihi dua kelompok lainnya. Opini publik
mengenai pemuda pun tidak jauh dari
beberapa kosa kata kunci yaitu: agen perubah, panutan, peran fungsi strategis,
akselerasi, sigap, gagah, iron stock, mahasiswa, aksi, bervisi misi, kuat, dan
lain sebagainya. Pemuda identik dengan hal yang positif. Doktrin yang memang
melekat pada setiap insan. Walau mungkin kini positif itu mulai pudar.
Di
negeri dongeng impian tadi, sungguh semua definisi dan opini itu terasa sangat
nyata dan ada, terjadi. Tapi sekali lagi, ini waktunya untuk bangun! Melihat
jauh ke depan, bukan sekedar berangan dan menengok ke belakang. Pun pendahulu
kita terdahulu memang tidak memungkiri betapa pemuda sangat dibutuhkan dalam
perjuangan. Sejarah mengakui, betapa
peran pemuda terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak dapat diragukan. Kemerdekaan
bangsa merupakan karya monumental yang luar biasa yang dihasilkan oleh para
founding fathers negeri ini, yang tidak lain adalah para pemuda. “Kemerdekaan bangsa ini bukan dihasilkan
melalui warisan para penjajah, namun dihasilkan melalui tercecernya keringat
dan darah, semangat dan aktivitas, retorika dan diplomasi yang dilakukan oleh
para pendahulu” kata Prof. Dr. Nur Syam, M.si dalam salah satu artikelnya.
Sejarah pemuda Indonesia memang mengagumkan, sebutlah itu Boedi Oetomo,
sehingga 20 Mei kita kenal sebagai hari kebangkitan nasional. Sebutlah itu
sumpah pemuda, 28 Oktober 1928, yang bermakna sejati melebihi sekedar ikrar janji,
namun penanaman prinsip. Sebutlah itu seluruh jerih dari pemuda Indonesia
terdahulu menjelang detik-detik proklamasi kemerdekaan Indonesia. Tak habis
letih mereka memperjuangkan kemerdekaan, hingga hasil perjuangan mereka
membuahkan suatu perubahan besar terhadap bangsa ini, pengakuan kedaulatan,
tergoreskan dalam janji-janji di selembar kertas, proklamasi. Seperti yang tadi
telah saya kutip dari Prof. Dr. Nur Syam, M.Si, gagasan pemuda Indonesia
tentang nusa dan bangsa ini, rasa mereka menjadi abadi dalam syair satu nusa
satu bangsa yang sering kita dengar dan senandungkan. Adanya pergerakan pemuda,
pelajar, dan mahasiswa pada tahun 1966. Masuk ke dalam peristiwa PKI, pemuda
bangkit lakukan perlawanan, organisasi-organisasi mahasiswa GMNI, PMII, HMI, PMKRI,
dan segenap elemen mahasiswa lainnya mengumandangkan tritura. Dari
situlah, selanjutnya peran pergerakan
mahasiswa pada tahun 1998 yang membawa Indonesia masuk ke sebuah orde yang
baru. Orde baru. Dan ketika para pemuda mengkritisi kekuatan rezim jendral
besar Soeharto, maka pemuda saat itu kembali bergerak, merubah generasi,
melakukan perubahan sosial,hingga sampailah kita pada orde reformasi. Itulah bukti
peran pemuda yang nyata. Sangat nyata. Dan dari kisah itulah, Mungkin kita
dapat memfokuskan dan melakukan pembatasan pada definisi pemuda disini adalah
mahasiswa dengan peran dan fungsinya.
Meskipun tidak menutup kemungkinan pembahasan diluar itu.
Bagaimana
sekarang? Muncul pertanyaan, bagaimana kondisi pemuda-pemudi Indonesia? Mungkin
memang inilah akar dari permasalahan negeri kita Indonesia. Kita rindu akan
adanya SDM yang bersih, beridealisme, berkarakter kuat, berani, profesional,
dan jujur dalam melaksanakan seluruh aktivitasnya. Disini saya tidak berbicara
tentang pemerintah, namun yang sebenarnya Indonesia rindui adalah adanya SDM
seperti itu akan mengisi kursi kursi entah itu pemerintahan, kursi direktur
perusahaan, kursi-kursi para profesi kesehatan, bahkan itu kursi-kursi POLRI
dan TNI, untuk membentuk sebuah bangsa yang merdeka! Merdeka dalam artian yang
sebenar-benarnya, yang adil dan sejahtera. Mengganti sebuah generasi, adalah
berbicara tentang perubahan besar sosial, perubahan karakter, persiapan dalam
membentuk amunisi SDM baru yang berkualitas. Dan dari kalimat tersebut,
terdapat satu kata kunci, siapakah amunisi yang siap mengantikan keseluruhan
kursi kuasa yang ada di Indonesia? Siapa amunisi berkualitas yang kita
harapkan? Jawablah itu, pemuda. Kami, pemuda Indonesia, adalah amunisi yang
siap dilontarkan, ketika pelatuk ditekan.
Mengenai
peran pemuda dalam menyongsong bangsa yang adil dan sejahtera, alangkah baiknya
bila kita ulas dan samakan persepsi, tentang apakah itu adil? Apa itu
sejahtera? Lalu seperti apa bangsa yang adil dan sejahtera?
Kamus
Besar Bahasa Indonesia menuliskan bahwa adil adalah --- sama berat, tidak berat
sebelah, tidak memihak; berpegang pada kebenaran. Sedangkan sejahtera adalah
--- aman, sentosa, dan makmur; selamat (terlepas dari segala macam gangguan).
Izinkan
saya merangkum, bahwa sebenarnya adil adalah menyesuaikan semua sesuai pada
tempatnya, adil bukan berarti sama besar, adil bukan berarti sama berat. Adil
adalah seimbang sesuai pada tempat dan keperluannya. Sedangkan sejahtera adalah
cukup. Berkecukupan. Ketika sakit, mampu untuk berobat. Ketika ingin mengeyam
pendidikan, bisa untuk sekolah dan kuliah. Ketika lapar dan haus, mampu untuk
makan dan minum. Ketika tersudutkan, mampu untuk mendapatkan pembelaan dan
perlindungan. Dan ketika kita berbicara tentang sebuah bangsa yang adil dan
sejahtera, adalah semua rakyatnya, semua elemen yang ada didalamnya,
mendapatkan semua, sesuai hak dan porsinya masing-masing, sesuai tempatnya, dan
kehidupannya tercukupi, terjamin.
Keadilan
dan kesejahteraan adalah ke-idealisme-an yang diusung oleh pemuda-pemuda yang
memiliki semangat perubahan. Kedua kosakata itu, “adil dan sejahtera” adalah
pernyataan sebab dan akibat. Jika adil maka akan sejahtera, jika sejahtera maka
pasti adil. Jika hal tersebut dilakukan oleh pemuda-pemuda, maka perubahan akan
lebih nyata dirasakan dan merata, karena perubahan yang mampu bertahan lama
adalah perubahan yang memiliki proses berkualitas, ada tenggat waktu dalam
mempersiapkan amunisi yang berkualitas, itu jelas. Dan jika semua itu di negeri
kita, Indonesia tidak akan pusing akan mempercayakan kepemimpinan bangsa ini,
kursi-kursi di negeri ini kesiapa. Karena setiap yang ingin menyejahterakan
bangsa ini telah memiliki karakter adil dari proses yang dialami oleh
pemudanya.
Sudah
jelas terlihat hubungan antara pemuda dan bangsa bukan? Lalu apa masalahnya?
Yuk kita coba untuk berpura-pura, kita tutup mata dan telinga, anggaplah semua
berita-berita terkait dengan pemuda Indonesia; entah itu jual beli soal Ujian
Nasional, contek-mencontek, sibuk dengan kehidupan gemerlap muda, seks bebas,
pelecehan, obat-obatan, dan keseluruhan degradasi moral. Anggaplah itu semua
tidak pernah terjadi. Toh sejatinya, jika kita tengok pemuda-pemudi yang sering
berdiskusi, lakukan audiensi, mengkritisi kebijakan, turun aksi, mereka yang
memiliki iedealisme kuat mengakar. Bukankah tipe pemuda aktivis seperti itu di
negeri ini banyak dijumpai bahkan hingga sekarang? Lalu tanya kenapa? Jika
memang ada pemuda-pemudi seperti di negeri dongeng impian. Mengapa belum juga
kita melihat negeri yang adil dan sejahtera seperti indahnya negeri dongeng
impian.
Aku
lampu jalan yang berada di ramainya jalan raya kota-kota besar di Indonesia.
Aku lukisan yang berada di ruangan direktur perusahaan. Aku stetoskop yang
selalu terkalung di leher para dokter. Aku jam dinding yang berada di
ruang-ruang perusahaan industri farmasi. Aku adalah palu hakim yang menentukan
segala putusan hakim. Aku adalah kursi-kursi yang berada di ruang sidang para
pemegang kuasa negeri. Kami adalah benda, kami adalah saksi, melihat betapa
negeri ini butuh melakukan pembenahan besar-besaran. Kami melihat banyak bibit
berkualitas yang nantinya akan merubah negeri. Kami menjadi saksi, betapa
sesungguhnya negeri ini kaya akan pemuda yang siap menggantikan seluruh posisi
mereka. Aku, lampu jalan, sering melihat mereka turun ke jalan, menyuarakan
kebenaran, pembelaan terhadap rakyat. Aku adalah piala, aku lencana, aku
piagam, yang menjadi saksi akan prestasi mengagumkan mereka di bidang ilmu yang
mereka kuasai. Aku jam dinding dan stetoskop yang melihat jerih payah mereka
para mahasiswa kesehatan yang sedang berusaha untuk menjadi pilar kesehatan
negeri ini. Namun kami juga menjadi saksi, betapa palu mudah untuk diketuk
ketika uang diberikan. Banyak pemuda yang belum mengerti sepenuhnya apa yang
mereka bawa, apa prinsip mereka, ketika aksi turun ke jalan, bagaimana para
pilar kesehatan tidak menggunakan kode etiknya demi uang.
Satu
sebab, dari keseluruhan masalah. Yaitu dasar pembentukan karakter, dasar
prinsip, dan visi. Sulit memang pada realita ketika nanti pemuda berkualitas
tersebut berhadapan dengan dunia sebenarnya, bersitatap langsung dengan
tumpukan, dan milyaran bahkan triliyun rupiah. Ya benar, dalam proses
pembentukan kualitas ada tenggat waktu,
masa itulah yang seharusnya diisi dengan penanaman karakter, prinsip,
dan visi yang kuat. Tak bisa terlepaskan dari penanaman dan penajaman kualitas
iman dari setiap individu pemuda. Karena cerminan dari iman terlihat dari
akhlak. Dan akhlak lah penentu karakter. Pemuda butuh untuk mengerti, apa-apa
segala aktivitas yang mereka lakukan sesungguhnya memiliki orientasi yang jauh
ke depan, bukan hanya dunia, namun dunia yang menjadi fasilitas untuk meraih
akhirat. Dengan penanaman pemahaman seperti itu, sebesar, seberat apapun rupiah
dan godaan lainnya yang akan menghadang, bukan menjadi masalah.
Apa
hal konkrit yang bisa dilakukan kita sebagai pemuda Indonesia kini dalam
menyongsong bangsa yang adil dan sejahtera? Pemuda agent of change; mulai
menjadi teladan untuk sekitar, berusaha menjadi pelopor perubahan. Mulai dari
hal yang kecil, mulai dari sekarang, dan mulai dari diri sendiri. Pemuda yang
memiliki ide cemerlang, fresh, harus mampu memberikan inovasi, menciptakan hal
baru, totalitas menyumbangkan ide dan solusi sesuai dengan kapasitas dan bidang
ilmu masing-masing, itulah yang saya sebut pergerakan yang efektif, karena tak
dapat dipungkiri kebiasaan orang adalah melihat siapa yang berbicara, bukan apa
yang dibicarakan. Pemuda tidak harus terus menuntut dan banyak bicara, tunjukkan
lewat karya nyata. Pemuda dapat memposisikan dirinya terhadap individu dia
sendiri, terhadap lingkungan sekitar, dan terhadap masyarakat, dan skala
luasnya terhadap bangsa. Adil dan sejahtera memang sebab akibat, karena itu
pemuda perlu membentuk diri agar terbiasa melakukan semua aktivitasnya dengan
adil dan proporsional. Pemuda sebagai moral force, jelas kita lah yang menjadi
teladan moral, seperti dalam negeri dongeng impian, pemuda yang berilmu,
menciptakan pemuda yang bermoral tinggi. Pemuda sebagai social control, adalah
belajar untuk peka, kritis, terhadap seluruh persoalan sekeliling, memainkan
hati dalam peduli, bukan sekedar menjunjung tinggi prestis nama mahasiswa, nama
kampus.
Akhir
kata, saya, sebagai parsial, sebagai fragmen dari keseluruhan pemuda Indonesia.
Yakin, siap, untuk menyongsong Indonesia, bangsa yang adil dan sejahtera. Seperti
salah satu quotes “Masa Depan adalah milik mereka yang percaya pada keindahan
mimpi-mimpi mereka”, Eleanor Roosevelt, maka berikan kesempatan kepada kami,
dan kami akan megguncang dunia dengan perubahan.
Referensi:
Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Herry
Soerya, Pemuda dan Sosialisasi.
Prof.
Dr. Nur Syam, M.si, Peran Generasi Muda Bagi Bangsanya
Sindonews,
Diskusi Publik PPI
Tribunnews,
Pentingnya Peranan Pemuda
Bovan,
Kutipan Tokoh Dunia
________
Dari hasil kompetisi esai nasional, lumayan nggak apa di share disini ya :)